Selasa, 16 Desember 2014

Makalah Bahasa Indonesia "Hakikat Cerita Anak-anak"

Makalah yang saya tulis ini adalah makalah yang saya buat sendiri, tapi tentu saja saya masih bersumber dari artikel yang terkait dan tidak lupa saya mencantumkannya di daftar pustaka. Tujuan saya memposting makalah ini adalah untuk berbagi ilmu (hehe..) buat para mahasiswa UT atau universitas lain yang membutuhkannya. So..selamat membaca dan mempelajari....







HAKIKAT CERITA ANAK-ANAK








Oleh :
Dyah Arum Wulandari (825042517)
Ima Ratih Kumala (825044692)

Semester II



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
POKJAR KEMRANJEN
UNIVERSITAS TERBUKA
2014







HAKIKAT CERITA ANAK – ANAK

Disusun oleh :
1.      Dyah Arum Wulandari (825042517)
2.      Ima Ratih Kumala (825044692)


Abstrak
Cerita anak merupakan sesuatu yang sederhana dan kompleks, biasanya bersifat imajinatif. Cerita anak memiliki beberapa unsur atau yang disebut juga dengan elemen, sama hal nya dengan cerita dewasa. Namun ada beberapa ciri yang membedakannya. Sebuah cerita yang disampaikan kepada anak-anak akan mempengaruhi pola pikirnya. Hal ini disebabkan anak sangat mudah terpangaruh oleh hal-hal yang baru dijumpainya, terlepas dari apakah hal itu baik ataupun tidak. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap sebuah cerita. Hal inilah yang harus dikuasai oleh Guru sebelum membacakan atau memberikan sebuah cerita kepada muridnya.

Kata kunci : cerita, imajinatif, analisis












BAB I
PENDAHULUAN

A.         Latar Belakang
Cerita merupakan bagian atau salah satu jenis sastra atau yang disebut dengan istilah genre sastra. Untuk menjadi seorang Guru di SD, kita harus mengetahui jenis-jenis cerita yang bisa dibaca atau dikonsumsi oleh anak-anak. Pada hakikatnya sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sastra anak berfungsi sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, mengembangkan imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan ketrampilan praktis bagi anak.
Salah satu sastra anak adalah cerita anak, yaitu cerita yang pembacanya khusus ditujukan untuk anak. Sesuai dengan sasaran pembacanya, cerita anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari cerita orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan baik. Cerita anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Cerita anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra atau cerita tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya .
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Jadi cerita anak harus menjadi  buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak sehinga melalui cerita anak yang digemari anak-anak maka dapat menanamkan nilai-nilai moral yang baik untuk anak.

B.          Rumusan Masalah
1.           Apa pengertian cerita anak?
2.           Apa perbedaan cerita anak dengan cerita dewasa?
3.           Unsur-unsur apa saja yang ada dalam cerita anak?
4.           Apa saja jenis-jenis cerita anak?
5.           Bagaimana cara menganalisis cerita anak?

C.           Tujuan
1.           Untuk meningkatkan pengetahuan tentang cerita anak
2.           Untuk mengajarkan cara membedakan antara cerita anak-anak dengan cerita dewasa.
3.            Agar pembaca dapat menganalisis dan menyampaikan cerita apa yang baik atau tidak untuk dikonsumsi anak-anak.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cerita adalah (1) tuturan yg membentangkan bagaimana terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb) (2) karangan yg menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dsb (baik yg sungguh-sungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka); (3) lakon yang diwujudkan atau dipertunjukka dalam gambar hidup (sandiwara, wayan, dll).
Sarumpaet (203:108) berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruh anak serta cerita itu hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
Dalam cerita anak tergambar peristiwa kehidupan karakter tokoh dalam menjalani kehidupan sebagaimana diungkapkan dalam alur cerita. Dengan demikian cerita anak adalah subjek yang menjadi fokus perhatian, dan hal itu tercermin secara konkret dalam cerita, Lukens (2003:8)



BAB III
PEMBAHASAN


A.         Pengertian
Cerita anak-anak adalah cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Selain itu banyak para ahli sastra mendefinisikan pengertian cerita anak:
1.      Diantaranya adalah Titik W.S., dkk., (2013: 89) menjelaskan bahwa “cerita anak-anak adalah cerita sederhana yang kompleks”.
2.      Sarumpaet (203:108) berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruh anak serta cerita itu hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
3.      Puryanto (2008:7) Cerita anak adalah mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.
4.      Menurut Hunt (dalam Witakania, 2008) mendefinisikan cerita anak sebagai buku bacaan yang dibaca secara khusus cocok untuk memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak. Jadi cerita anak adalah buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
5.      Tarigan (1995: 5) mendefinisikan bahwa cerita anak adalah buku yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama, mata anak-anak sebagai fokusnya.



B.            Ciri-ciri Cerita Anak
Secara khusus Riris K. Toha-Sarumpaet (1976: 29-32) menuliskan ada tiga ciri yang dapat membedakan cerita anak-anak dengan cerita dewasa, yakni :
a.            Unsur pantangan
Unsur pantangan merupakan unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita yang bersifat negatif yang tidak pantas untuk diketahui anak karena unsur-unsur tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah yang tidak baik.
b.           Penyajian
Cerita anak-anak harus disajikan secara langsung, tidak berbelit-belit.
c.            Fungsi terapan
Artinya, cerita anak-anak disusun dengan mengemban misi pendidikan, pengetahuan, pertumbuhan anak, dan pengalaman tentang kehidupan.


C.           Manfaat Cerita Anak
Fungsi cerita bagi anak-anak berkaitan erat dengan manfaat sebuah cerita bagi anak-anak. Dengan banyak membaca cerita anak-anak, seorang anak akan memperoleh kematangan emosi, intelektual, dan pengalaman-pengalaman tentang kehidupan. Cerita anak dapat menanamkan rasa peka dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dapat menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan keadilan, keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengorbanan, dan kehormatan. Cerita anak-anak dapat membuka mata hati anak lebih jauh ke depan untuk melihat tujuan dan hakikat hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa mendidik anak akan rasa cinta tanah air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Pada akhirnya cerita anak-anak akan membantu anak dalam memecahkan masalahnya sendiri. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013: 6.7)


Selain manfaat di atas, manfaat lainnya dari cerita anak adalah
1.           Mengasah daya fikir, kreatifitas dan imajinatif
Anak dapat membentuk visualisasi sendiri melalui cerita yang dia dengarkan. Lama kelamaan akan memancing daya kreatifitas mereka seperti mengungkapkan isi hati dan fikiran dengan kata-kata lisan maupun tulisan dan dia akan memiliki banyak kosa kata.
2.           Media untuk menanamkan nilai dan etika
Berbagai nilai kejujuran dan rendah hati kerja keras hingga empati dan kebiasaan sehari-hari dapat dengan mudah diserap melalui cerita. Didalam cerita tidak memerintah ataupun menggurui tapi sebaliknya didalam tokoh cerita diharapkan menjadi teladan bagi anak.
3.           Sebagai langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak
Setelah tertarik membaca buku yang sering mereka baca maka mereka akan meluaskan bacaannya pada buku-buku pelajaran.
4.           Mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual
Kecerdasan emosi adalah kemampuan anak untuk menyikapi keadaan, baik tekanan maupun perilaku dari luar, seperti bagaimana menerima kekalahan dengan baik atau apa yang harus dilakukan ketika kesal atau marah.












D.           Jenis-jenis Cerita Anak
Jenis-jenis cerita anak dapat dikelompokan menjadi cerita jenaka, dongeng, fabel, legenda, dan mite atau mitos. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013: 6.8). Untuk lebih jelasnya mari kita lihat pengertian jenis-jenis cerita tersebut :
1.           Cerita jenaka
Cerita jenaka merupakan cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku seorang tokoh yang lucu. Kelucuan yang diungkapkan dapat berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula karena kecerdikannya. Contoh dari cerita jenaka dapat kita jumpai dalah cerita “Pak Belalang”, “Pak Kodok”, “Abu Nawas”, “Nasaruddin”,dan “Kabayan”.
2.           Dongeng
Dongeng adalah cerita yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Contohnya adalah “Ketimun  Emas”, “Tongkat Ajaib”,dan “Cinderella”.
3.           Fabel
Fabel adalah cerita yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokohnya. Di dalam fabel, para hewan atau binatang digambarkan sebagaimana layaknya manusia yang dapat berpikir, bereaksi, dan berbicara. Contohnya pada cerita “Kancil dan Kera”, dan “Kancil dan Buaya”.
4.           Legenda
Legenda adalah cerita yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan sejarah yang sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam atau cerita tentang terjadinya suatu negeri, danau atau gunung. Contohnya pada cerita “Sangkuriang”, “Malin Kundang”,dan “Batu menangis”.
5.           Mite atau Mitos
Mite atau mitos merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut kehidupan dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Mitos adalah cerita yang mengandung unsur-unsur misteri, dunia gaib, dan alam dewa. Tokoh-tokoh mitos mengandung kekuatan yang hebat dan memiliki kekuatan gaib. Tokoh-tokoh ini bukan saja terdiri atas manusia, tetapi juga dewa-dewa dan makhluk gaib. Contoh ceritanya adalah “Nyi Roro Kidul”

E.          Unsur-unsur Pembangun Cerita Anak
Elemen-elemen atau unsur-unsur cerita anak terdiri dari tema dan amanat, tokoh, latar, alur atau plot, sudut pandang, dan gaya. Titik W.S., dkk., Mari kita bahas tentang unsur-unsur cerita anak tersebut.
a.            Tema Cerita
Tema dalam sebuah cerita ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Ini artinya elemen atau unsur yang pertama harus ada dalam sebuah cerita adalah tema. Cerita anak-anak umumnya bersifat didaktis. Secara lebih konkrit tema pertentangan baik dan buruk. Adakalanya tema cerita dinyatakan dengan jelas atau dinyatakan secara eksplisit. Bisa juga disebut tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu cerita. Sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita atau pokok masalah dalam cerita. Contoh: keluarga, persahabatan, dll. Yasinta Marpaung (2012: 9).
b.             Amanat
          Cerita anak-anak yang bersifat didaktis pada umumnya mengandung ajaran moral, pengetahuan, dan ketrampilan. Hal-hal yang menjadi tujuan pengarang seperti itulah yang disebut amanat. Amanat pada sebuah cerita dapat disampaikan secara implisit (jika jalan keluar atau ajaran moral itu tersirat dalam tingkah laku tokoh) dan secara eksplisit (jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran, peringatan, anjuran, larangan, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita itu).
c.              Tokoh
          Tokoh adalah orang yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam berbagai pertistiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun ada pula berwujud binatang atau tumbuhan. Yasinta Marpaung (2012: 10)
Tokoh juga bisa disebut individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita.
1.        Tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Berdasarkan fungsinya, tokoh dalam cerita dibedakan atas tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran penting dalam cerita. Tokoh yang berperan baik disebut dengan istilah protagonis, tokoh yang jahat disebut dengan istilah antagonis, sedangkan tokoh penengah disebut tritagonis. Adapun yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang kedudukannya tidak sentral, tetapi kehadirannya sangan dibutuhkan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama.
2.      Tokoh datar dan tokoh bulat.
Di dalam cerita rekaan, tokoh datar diungkapkan atau disoroti dari satu segi wataknya saja. Tokoh datar bersifat statis, di dalam perkembangannya lakuan atau watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan ada kalanya tidak berubah sama sekali. Dengan demikian tokoh datar mudah dikenali dan mudah diingat. Termasuk kedalam tokoh datar adalah tokoh stereotip, misalnya tokoh ibu tiri yang selalu dikukiskan berwatak kejam. Jika lebih dari satu ciri segi wataknya yang ditampilkan di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat dibedakan dari tokoh-tokoh yang lain maka tokoh itu disebut tokoh bulat.
d.             Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Yasinta Marpaung (2012: 12). Latar atau setting diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Secara kasat mata, latar dalam cerita berkenaan dengan tempat atau ruang dan waktu yang tergambar dalam sebuah cerita. Latar sebagai unsur cerita yang dinamis membantu mengembangkan unsur-unsur cerita yang lain. Hubungan antara latar dengan unsur-unsur yang lain bisa jadi selaras, bisa bersifat kontras.
e.              Alur
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi makna kata alur yang berhubungan dengan sastra sebagai rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian ; jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau sebab akibat).
Alur dengan susunan peristiwa yang kronologis. Pengaluran adalah pengaturan waktu penampilan peristiwa untuk dapat juga disusun dengan memperhatikan hubungan klausalnya (sebab-akibat). Alur yang biasa digunakan dalam cerita anak disebut dengan alur datar, artinya cerita yang disajikan dengan cara sederhana, mudah dipahami/ tidak berbelit-belit.
Ada dua tipe alur kronologis, yaitu progresif dan episodik. Dalam buku-buku yang menggunakan alur progresif bab-bab pertama adalah eksposisi, tempat tokoh-tokoh, latar dan konflik dasar diperkenalkan, setelah itu cerita dibangun hingga gawatan dan klimaks. Begitu klimaks tercapai, kesimpulan yang memuaskan (leraian) diraih pula, dan cerita pun berakhir. Alur episodik mengikat beberapa cerita atau episode, masing-masing sebagai sebuah kebulatan dengan konflik dan penyelesaian.
f.              Sudut Pandang
Sudut pandang atau pusat pengesahan (point of view) digunakan pengarang dalam menciptakan cerita agar memiliki suatu kesatuan. Sudut pandang pada dasarnya adalah visi seorang atau tafsiran pengarang.
Secara garis besar sudut pandang dibedakan menjadi dua, yakni sudut pandang orang pertama yang disebut dengan akuan dan sudut pandang orang ketiga yang disebut dengan diaan atau disebut dengan insider atau outsider. Namun, ada juga cerita yang menggunakan sudut pandang campuran, yaitu kedua sudut pandang tersebut (akuan dan diaan) digunakan di dalam sebuah cerita.
g.             Gaya
Disebut cerita sebagai hasil kerja kreatif, seorang pengarang terbentuk melalui proses pengolahan bahasa yang digunakan oleh pengarang berkaitan erat dengan bahasa. Khusus karya sastra dengan bentuk prosa atau cerita, gaya dalam penggunaan bahasa berkaitan erat dengan aspek-aspek cerita, yaitu tujuan dan unsur-unsur cerita. Gaya akan selalu disesuaikan dengan semua aspek yang ada dalam cerita sehingga cerita benar-benar menyatu atau tidak terjadi ketimpangan atau keanehan yang membuat pembaca merasa bingung atau cerita menjadi tidak menarik perhatian.
Melalui gaya bercerita pengarang bertujuan untuk menyampaikan suasana, latar, tokoh, dan unsur-unsur cerita yang lain menjadi hidup. Perlu diketahui, melalui gaya yang ditampilkan, pengarang akan memiliki ciri khas yang membedakan dirinya dari pengarang-pengarang lain.

F.            Analisis Cerita Anak
Kata analisis berarti penyelidikan terhadap sesuatu. Menganalisis cerita anak-anak cukup dengan memahami unsur-unsur cerita terutama dalam hal bagaimana gaya dan sudut pandang yang digunakan pengarang dalam bercerita.
Analisis tentang tema bertujuan tuntuk mengetahui tema atau gagasan dasar yang disampaikan oleh pengarang. Analisis tokoh sekaligus penokohannya harus dicermati dari karakter para tokoh dan perannya dalam cerita tersebut. Latar atau setting dapat dianalisis melalui tempat kejadian setiap peristiwa yang digambarkan dalam cerita tersebut. Alur seperti yang telah diketahui adalah jalinan peristiwa yang diuntai oleh pengarang menjadi cerita yang utuh. Melalui alur dan gaya cerita yang digunakan pengarang, akan tampak jelas bagaimana kepandaian pengarang dalam menuangkan ide atau gagasan melalui cerita. Sudut pandang diaan atau akuan dipilih pengarang berdasarkan tujuan pengarang dalam bercerita.
Pada hakikatnya unsur-unsur cerita tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tidak ada salah satu unsur cerita yang lebih penting dari unsur yang lainnya. Semuanya saling mendukung untuk mencapai keutuhan sebuah cerita.







BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.         Kesimpulan
1.           Cerita merupakan tuturan atau karangan tentang suatu peristiwa atau kejadian.
2.           Cerita anak adalah cerita yang khusus dibuat untuk anak-anak, dan dikarang oleh orang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan cerita tersebut juga dikarang oleh anak-anak.
3.           Cerita anak haruslah bersifat mendidik, karena anak sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang baru dijumpainya.
4.           Untuk membedakan cerita anak dengan cerita dewasa tidaklah sulit walaupun unsur-unsur yang ada dalam cerita dewasa dan anak-anak hampir sama. Yang membedakan adalah isi dari cerita tersebut.
5.           Cerita anak harus bermanfaat untuk mengembangkan daya pikir anak. Karena masa anak-anak sangat mempegaruhi kehidupannya kelak.

B.          Saran
Sebelum mengajarkan kepada anak didik, hendaklah sebagai pengajar harus bisa menganalisis cerita mana yang pantas dan tidak pantas untuk diberikan kepada anak-anak. Sehingga mereka tidak terpengaruh kepada hal-hal negatif yang akan mempengaruhi pola pikirnya.








DAFTAR PUSTAKA

Hj. Rosdiana, Yusi, dkk. 2013. Bahasa dan Sastra Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Pamulang

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.

Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX HISKI.

Sarumpaet, Riris K. Toha. 2003. Struktur Bacaan Anak, dalam “Teknik Menulis Cerita Anak”. Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk, dan Taman Melati

Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka



Marpaung, Yasinta. 2012. Unsur-unsur Cerita Anak.






*) Buat para pembaca boleh mengcopy makalah saya atau menjadikannya sumber makalah yang akan dibuat, tapi jangan lupa untuk mencantumkannya di daftar pustaka kalian....



** THANKS FOR READING **
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar