Makalah yang saya tulis ini adalah makalah yang saya buat sendiri, tapi tentu saja saya masih bersumber dari artikel yang terkait dan tidak lupa saya mencantumkannya di daftar pustaka. Tujuan saya memposting makalah ini adalah untuk berbagi ilmu (hehe..) buat para mahasiswa UT atau universitas lain yang membutuhkannya. So..selamat membaca dan mempelajari....
HAKIKAT CERITA ANAK-ANAK
Oleh :
Dyah Arum Wulandari
(825042517)
Ima
Ratih Kumala (825044692)
Semester II
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
POKJAR
KEMRANJEN
UNIVERSITAS
TERBUKA
2014
HAKIKAT CERITA
ANAK – ANAK
Disusun oleh :
1.
Dyah
Arum Wulandari (825042517)
2.
Ima
Ratih Kumala (825044692)
Abstrak
Cerita anak
merupakan sesuatu yang sederhana dan kompleks, biasanya bersifat imajinatif. Cerita
anak memiliki beberapa unsur atau yang disebut juga dengan elemen, sama hal nya
dengan cerita dewasa. Namun ada beberapa ciri yang membedakannya. Sebuah cerita
yang disampaikan kepada anak-anak akan mempengaruhi pola pikirnya. Hal ini
disebabkan anak sangat mudah terpangaruh oleh hal-hal yang baru dijumpainya,
terlepas dari apakah hal itu baik ataupun tidak. Untuk itu perlu dilakukan
analisis terhadap sebuah cerita. Hal inilah yang harus dikuasai oleh Guru
sebelum membacakan atau memberikan sebuah cerita kepada muridnya.
Kata kunci : cerita, imajinatif, analisis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Cerita merupakan bagian
atau salah satu jenis sastra atau yang disebut dengan istilah genre sastra.
Untuk menjadi seorang Guru di SD, kita harus mengetahui jenis-jenis cerita yang
bisa dibaca atau dikonsumsi oleh anak-anak. Pada hakikatnya sastra mengandung
eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai
bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya
adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam
cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sastra anak berfungsi
sebagai media pendidikan dan hiburan, membentuk kepribadian anak, mengembangkan
imajinasi dan kreativitas, serta memberi pengetahuan ketrampilan praktis bagi
anak.
Salah satu sastra anak
adalah cerita anak, yaitu cerita yang pembacanya khusus ditujukan untuk anak. Sesuai dengan sasaran pembacanya,
cerita anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda
dari cerita orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan
baik. Cerita anak merupakan pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang
imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Cerita anak merupakan sastra
yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra atau cerita
tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk
anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan
untuk anak-anak selaku pembacanya .
Perkembangan anak akan berjalan wajar dan sesuai dengan periodenya
bila disugui bahan bacaan yang sesuai pula. Jadi cerita
anak harus menjadi buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca
anak-anak. Isi buku tersebut harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak,
sesuai dengan tingkat perkembangan emosional dan intelektual anak sehinga
melalui cerita anak yang digemari
anak-anak maka dapat menanamkan nilai-nilai moral yang baik untuk anak.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian cerita anak?
2.
Apa perbedaan cerita anak dengan cerita
dewasa?
3.
Unsur-unsur apa saja yang ada dalam
cerita anak?
4.
Apa saja jenis-jenis cerita anak?
5.
Bagaimana cara menganalisis cerita anak?
C.
Tujuan
1.
Untuk meningkatkan pengetahuan tentang
cerita anak
2.
Untuk mengajarkan cara membedakan antara
cerita anak-anak dengan cerita dewasa.
3.
Agar
pembaca dapat menganalisis dan menyampaikan cerita apa yang baik atau tidak
untuk dikonsumsi anak-anak.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) cerita adalah (1) tuturan yg membentangkan bagaimana
terjadinya suatu hal (peristiwa, kejadian, dsb) (2) karangan yg menuturkan
perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dsb (baik yg
sungguh-sungguh terjadi maupun yg hanya rekaan belaka); (3) lakon yang
diwujudkan atau dipertunjukka dalam gambar hidup (sandiwara, wayan, dll).
Sarumpaet (203:108)
berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan berbicara
mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruh anak serta cerita itu
hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang dewasa.
Dalam
cerita anak tergambar peristiwa kehidupan karakter tokoh dalam menjalani
kehidupan sebagaimana diungkapkan dalam alur cerita. Dengan demikian cerita
anak adalah subjek yang menjadi fokus perhatian, dan hal itu tercermin secara
konkret dalam cerita, Lukens (2003:8)
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Cerita anak-anak
adalah cerita yang pantas dikonsumsi oleh anak-anak. Selain itu banyak para
ahli sastra mendefinisikan pengertian cerita anak:
1. Diantaranya
adalah Titik W.S., dkk., (2013: 89) menjelaskan bahwa “cerita anak-anak adalah
cerita sederhana yang kompleks”.
2. Sarumpaet
(203:108) berpendapat cerita anak adalah cerita yang ditulis untuk anak dan
berbicara mengenai kehidupan anak dan sekeliling yang mempengaruh anak serta
cerita itu hanya dapat dinikmati oleh anak dengan bantuan dan pengarahan orang
dewasa.
3. Puryanto (2008:7) Cerita anak adalah mengandung
tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting
yang ada di sekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung
peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan
bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam
jangkauan anak.
4. Menurut Hunt
(dalam Witakania, 2008) mendefinisikan
cerita anak sebagai buku bacaan yang dibaca
secara khusus cocok untuk memuaskan sekelompok anggota yang kini disebut anak.
Jadi cerita anak adalah
buku bacaan yang sengaja ditulis untuk dibaca anak-anak. Isi buku tersebut
harus sesuai dengan minat dan dunia anak-anak, sesuai dengan tingkat
perkembangan emosional dan intelektual anak, sehingga dapat memuaskan mereka.
5. Tarigan
(1995: 5) mendefinisikan bahwa cerita anak adalah buku yang menempatkan mata anak-anak sebagai pengamat utama,
mata anak-anak sebagai fokusnya.
B.
Ciri-ciri
Cerita Anak
Secara khusus
Riris K. Toha-Sarumpaet (1976: 29-32) menuliskan ada tiga ciri yang dapat
membedakan cerita anak-anak dengan cerita dewasa, yakni :
a.
Unsur pantangan
Unsur pantangan
merupakan unsur-unsur yang berhubungan dengan segi isi cerita yang bersifat
negatif yang tidak pantas untuk diketahui anak karena unsur-unsur tersebut
dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak ke arah yang tidak baik.
b.
Penyajian
Cerita anak-anak harus
disajikan secara langsung, tidak berbelit-belit.
c.
Fungsi terapan
Artinya, cerita
anak-anak disusun dengan mengemban misi pendidikan, pengetahuan, pertumbuhan
anak, dan pengalaman tentang kehidupan.
C.
Manfaat
Cerita Anak
Fungsi cerita
bagi anak-anak berkaitan erat dengan manfaat sebuah cerita bagi anak-anak.
Dengan banyak membaca cerita anak-anak, seorang anak akan memperoleh kematangan
emosi, intelektual, dan pengalaman-pengalaman tentang kehidupan. Cerita anak
dapat menanamkan rasa peka dalam batinnya untuk bisa membedakan mana yang baik
dan mana yang buruk, dapat menanamkan kesadaran tentang kebenaran dan keadilan,
keberanian, kejujuran, kesetiaan, pengorbanan, dan kehormatan. Cerita anak-anak
dapat membuka mata hati anak lebih jauh ke depan untuk melihat tujuan dan
hakikat hidup yang sebenarnya. Nilai edukatif bisa mendidik anak akan rasa
cinta tanah air dan bangsa, cinta seni, profesi, dan rasa tanggung jawab yang
tinggi. Pada akhirnya cerita anak-anak akan membantu anak dalam memecahkan
masalahnya sendiri. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013: 6.7)
Selain manfaat
di atas, manfaat lainnya dari cerita anak adalah
1.
Mengasah
daya fikir, kreatifitas dan imajinatif
Anak dapat membentuk visualisasi
sendiri melalui cerita yang dia dengarkan. Lama kelamaan akan memancing daya
kreatifitas mereka seperti mengungkapkan isi hati dan fikiran dengan kata-kata lisan maupun
tulisan dan dia akan memiliki banyak kosa
kata.
2.
Media untuk
menanamkan nilai dan etika
Berbagai nilai kejujuran dan rendah hati kerja keras hingga empati dan
kebiasaan sehari-hari dapat dengan mudah diserap melalui cerita. Didalam cerita
tidak memerintah ataupun menggurui tapi sebaliknya didalam tokoh cerita diharapkan menjadi teladan bagi anak.
3.
Sebagai
langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak
Setelah tertarik membaca buku yang sering mereka
baca maka mereka akan meluaskan bacaannya pada buku-buku pelajaran.
4.
Mengembangkan kecerdasan emosi dan spiritual
Kecerdasan emosi adalah kemampuan anak untuk
menyikapi keadaan, baik tekanan maupun perilaku dari luar, seperti bagaimana
menerima kekalahan dengan baik atau apa yang harus dilakukan ketika kesal atau
marah.
D.
Jenis-jenis
Cerita Anak
Jenis-jenis
cerita anak dapat dikelompokan menjadi cerita jenaka, dongeng, fabel, legenda,
dan mite atau mitos. HJ Yusi Rosdiana., dkk., (2013: 6.8). Untuk lebih jelasnya
mari kita lihat pengertian jenis-jenis cerita tersebut :
1.
Cerita jenaka
Cerita jenaka merupakan
cerita yang mengungkapkan hal ihwal atau tingkah laku seorang tokoh yang lucu.
Kelucuan yang diungkapkan dapat berupa karena kebodohan sang tokoh dapat pula
karena kecerdikannya. Contoh dari cerita jenaka dapat kita jumpai dalah cerita
“Pak Belalang”, “Pak Kodok”, “Abu Nawas”, “Nasaruddin”,dan “Kabayan”.
2.
Dongeng
Dongeng adalah cerita
yang didasari atas angan-angan atau khayalan. Contohnya adalah “Ketimun Emas”, “Tongkat Ajaib”,dan “Cinderella”.
3.
Fabel
Fabel adalah cerita
yang menampilkan hewan-hewan sebagai tokoh-tokohnya. Di dalam fabel, para hewan
atau binatang digambarkan sebagaimana layaknya manusia yang dapat berpikir,
bereaksi, dan berbicara. Contohnya pada cerita “Kancil dan Kera”, dan “Kancil
dan Buaya”.
4.
Legenda
Legenda adalah cerita
yang berasal dari zaman dahulu. Cerita legenda bertalian dengan sejarah yang
sesuai dengan kenyataan yang ada pada alam atau cerita tentang terjadinya suatu
negeri, danau atau gunung. Contohnya pada cerita “Sangkuriang”, “Malin
Kundang”,dan “Batu menangis”.
5.
Mite atau Mitos
Mite atau mitos
merupakan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan kuno, menyangkut kehidupan
dewa-dewa atau kehidupan makhluk halus. Mitos adalah cerita yang mengandung
unsur-unsur misteri, dunia gaib, dan alam dewa. Tokoh-tokoh mitos mengandung
kekuatan yang hebat dan memiliki kekuatan gaib. Tokoh-tokoh ini bukan saja
terdiri atas manusia, tetapi juga dewa-dewa dan makhluk gaib. Contoh ceritanya
adalah “Nyi Roro Kidul”
E.
Unsur-unsur
Pembangun Cerita Anak
Elemen-elemen
atau unsur-unsur cerita anak terdiri dari tema dan amanat, tokoh, latar, alur
atau plot, sudut pandang, dan gaya. Titik W.S., dkk., Mari kita bahas tentang
unsur-unsur cerita anak tersebut.
a.
Tema Cerita
Tema dalam sebuah
cerita ibarat fondasi pada sebuah bangunan. Ini artinya elemen atau unsur yang
pertama harus ada dalam sebuah cerita adalah tema. Cerita anak-anak umumnya
bersifat didaktis. Secara lebih konkrit tema pertentangan baik dan buruk. Adakalanya
tema cerita dinyatakan dengan jelas atau dinyatakan secara eksplisit. Bisa juga
disebut tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
cerita. Sesuatu yang menjadi dasar cerita, menjiwai cerita atau pokok masalah
dalam cerita. Contoh: keluarga, persahabatan, dll. Yasinta Marpaung (2012: 9).
b.
Amanat
Cerita anak-anak yang bersifat
didaktis pada umumnya mengandung ajaran moral, pengetahuan, dan ketrampilan.
Hal-hal yang menjadi tujuan pengarang seperti itulah yang disebut amanat.
Amanat pada sebuah cerita dapat disampaikan secara implisit (jika jalan keluar
atau ajaran moral itu tersirat dalam tingkah laku tokoh) dan secara eksplisit
(jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan, saran,
peringatan, anjuran, larangan, berkenaan dengan gagasan yang mendasari cerita
itu).
c.
Tokoh
Tokoh adalah orang yang mengalami
peristiwa-peristiwa dalam berbagai pertistiwa dalam cerita. Pada umumnya tokoh
berwujud manusia, namun ada pula berwujud binatang atau tumbuhan. Yasinta
Marpaung (2012: 10)
Tokoh juga bisa disebut
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai
peristiwa cerita.
1.
Tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Berdasarkan
fungsinya, tokoh dalam cerita dibedakan atas tokoh sentral dan tokoh bawahan.
Tokoh sentral atau tokoh utama adalah tokoh yang memegang peran penting dalam
cerita. Tokoh yang berperan baik disebut dengan istilah protagonis, tokoh yang
jahat disebut dengan istilah antagonis, sedangkan tokoh penengah disebut
tritagonis. Adapun yang dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang
kedudukannya tidak sentral, tetapi kehadirannya sangan dibutuhkan untuk
menunjang atau mendukung tokoh utama.
2. Tokoh
datar dan tokoh bulat.
Di
dalam cerita rekaan, tokoh datar diungkapkan atau disoroti dari satu segi
wataknya saja. Tokoh datar bersifat statis, di dalam perkembangannya lakuan
atau watak tokoh itu sedikit sekali berubah, bahkan ada kalanya tidak berubah
sama sekali. Dengan demikian tokoh datar mudah dikenali dan mudah diingat.
Termasuk kedalam tokoh datar adalah tokoh stereotip, misalnya tokoh ibu tiri
yang selalu dikukiskan berwatak kejam. Jika lebih dari satu ciri segi wataknya
yang ditampilkan di dalam cerita sehingga tokoh itu dapat dibedakan dari
tokoh-tokoh yang lain maka tokoh itu disebut tokoh bulat.
d.
Latar
Latar adalah segala
keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana dan
situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Yasinta Marpaung (2012: 12). Latar
atau setting diartikan juga sebagai landas tumpu sebuah cerita. Secara kasat
mata, latar dalam cerita berkenaan dengan tempat atau ruang dan waktu yang
tergambar dalam sebuah cerita. Latar sebagai unsur cerita yang dinamis membantu
mengembangkan unsur-unsur cerita yang lain. Hubungan antara latar dengan
unsur-unsur yang lain bisa jadi selaras, bisa bersifat kontras.
e.
Alur
Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) memberi makna kata alur yang berhubungan dengan sastra sebagai
rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan
jalan cerita melalui kerumitan ke arah klimaks dan penyelesaian ; jalinan
peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (pautannya dapat
diwujudkan oleh hubungan temporal atau waktu dan oleh hubungan kausal atau
sebab akibat).
Alur dengan susunan
peristiwa yang kronologis. Pengaluran adalah pengaturan waktu penampilan
peristiwa untuk dapat juga disusun dengan memperhatikan hubungan klausalnya
(sebab-akibat). Alur yang biasa digunakan dalam cerita anak disebut dengan alur
datar, artinya cerita yang disajikan dengan cara sederhana, mudah dipahami/
tidak berbelit-belit.
Ada dua tipe alur
kronologis, yaitu progresif dan episodik. Dalam buku-buku yang menggunakan alur
progresif bab-bab pertama adalah eksposisi, tempat tokoh-tokoh, latar dan
konflik dasar diperkenalkan, setelah itu cerita dibangun hingga gawatan dan
klimaks. Begitu klimaks tercapai, kesimpulan yang memuaskan (leraian) diraih
pula, dan cerita pun berakhir. Alur episodik mengikat beberapa cerita atau
episode, masing-masing sebagai sebuah kebulatan dengan konflik dan
penyelesaian.
f.
Sudut Pandang
Sudut
pandang atau pusat pengesahan (point of view) digunakan pengarang dalam
menciptakan cerita agar memiliki suatu kesatuan. Sudut pandang pada dasarnya
adalah visi seorang atau tafsiran pengarang.
Secara garis besar
sudut pandang dibedakan menjadi dua, yakni sudut pandang orang pertama yang
disebut dengan akuan dan sudut pandang orang ketiga yang disebut dengan diaan
atau disebut dengan insider atau outsider. Namun, ada juga cerita yang
menggunakan sudut pandang campuran, yaitu kedua sudut pandang tersebut (akuan
dan diaan) digunakan di dalam sebuah cerita.
g.
Gaya
Disebut cerita sebagai
hasil kerja kreatif, seorang pengarang terbentuk melalui proses pengolahan
bahasa yang digunakan oleh pengarang berkaitan erat dengan bahasa. Khusus karya
sastra dengan bentuk prosa atau cerita, gaya dalam penggunaan bahasa berkaitan
erat dengan aspek-aspek cerita, yaitu tujuan dan unsur-unsur cerita. Gaya akan
selalu disesuaikan dengan semua aspek yang ada dalam cerita sehingga cerita
benar-benar menyatu atau tidak terjadi ketimpangan atau keanehan yang membuat
pembaca merasa bingung atau cerita menjadi tidak menarik perhatian.
Melalui gaya bercerita pengarang
bertujuan untuk menyampaikan suasana, latar, tokoh, dan unsur-unsur cerita yang
lain menjadi hidup. Perlu diketahui, melalui gaya yang ditampilkan, pengarang
akan memiliki ciri khas yang membedakan dirinya dari pengarang-pengarang lain.
F.
Analisis
Cerita Anak
Kata
analisis berarti penyelidikan terhadap sesuatu. Menganalisis cerita anak-anak
cukup dengan memahami unsur-unsur cerita terutama dalam hal bagaimana gaya dan
sudut pandang yang digunakan pengarang dalam bercerita.
Analisis tentang
tema bertujuan tuntuk mengetahui tema atau gagasan dasar yang disampaikan oleh
pengarang. Analisis tokoh sekaligus penokohannya harus dicermati dari karakter para
tokoh dan perannya dalam cerita tersebut. Latar atau setting dapat dianalisis
melalui tempat kejadian setiap peristiwa yang digambarkan dalam cerita
tersebut. Alur seperti yang telah diketahui adalah jalinan peristiwa yang
diuntai oleh pengarang menjadi cerita yang utuh. Melalui alur dan gaya cerita
yang digunakan pengarang, akan tampak jelas bagaimana kepandaian pengarang
dalam menuangkan ide atau gagasan melalui cerita. Sudut pandang diaan atau
akuan dipilih pengarang berdasarkan tujuan pengarang dalam bercerita.
Pada hakikatnya
unsur-unsur cerita tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tidak ada
salah satu unsur cerita yang lebih penting dari unsur yang lainnya. Semuanya
saling mendukung untuk mencapai keutuhan sebuah cerita.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Cerita merupakan tuturan atau karangan
tentang suatu peristiwa atau kejadian.
2.
Cerita anak adalah cerita yang khusus
dibuat untuk anak-anak, dan dikarang oleh orang dewasa, namun tidak menutup
kemungkinan cerita tersebut juga dikarang oleh anak-anak.
3.
Cerita anak haruslah bersifat mendidik,
karena anak sangat mudah terpengaruh oleh hal-hal yang baru dijumpainya.
4.
Untuk membedakan cerita anak dengan
cerita dewasa tidaklah sulit walaupun unsur-unsur yang ada dalam cerita dewasa
dan anak-anak hampir sama. Yang membedakan adalah isi dari cerita tersebut.
5.
Cerita anak harus bermanfaat untuk
mengembangkan daya pikir anak. Karena masa anak-anak sangat mempegaruhi
kehidupannya kelak.
B.
Saran
Sebelum
mengajarkan kepada anak didik, hendaklah sebagai pengajar harus bisa
menganalisis cerita mana yang pantas dan tidak pantas untuk diberikan kepada
anak-anak. Sehingga mereka tidak terpengaruh kepada hal-hal negatif yang akan
mempengaruhi pola pikirnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hj.
Rosdiana, Yusi, dkk. 2013. Bahasa dan
Sastra Indonesia di SD. Tangerang Selatan: Universitas Pamulang
Tarigan,
Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra. Bandung: Angkasa.
Puryanto,
Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam
Konferensi Internasional Kesusastraan XIX HISKI.
Sarumpaet,
Riris K. Toha. 2003. Struktur Bacaan
Anak, dalam “Teknik Menulis Cerita Anak”. Yogyakarta: Pink Books, Pusbuk,
dan Taman Melati
Alwi,
Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Buku Bahasa
Indonesia. Jakarta. Balai Pustaka
Kumpulan karya tulis
ilmiah. 2013. http://tugasakhiramik.blogspot.com/2013/03/pengertian-cerita-anak.html
Mukhlisaddien. 2012.
Menulis Cerita Anak. http://mukhlisaddien.blogspot.com/2012/07/menulis-cerita-anak.html
Marpaung, Yasinta.
2012. Unsur-unsur Cerita Anak.
*) Buat para pembaca boleh mengcopy makalah saya atau menjadikannya sumber makalah yang akan dibuat, tapi jangan lupa untuk mencantumkannya di daftar pustaka kalian....
** THANKS FOR READING **
Tidak ada komentar:
Posting Komentar